Selasa, 25 Agustus 2009

Semakin Diskriminatif Atau Apa Ya Namanya ??


Harus mulai dari mana ya, bingung juga menceritakan sedikit kisah pengalaman ini. Dari sini sajalah mulainya, berawal dari mulai pergi dari rumah sajalah ya. Sebenarnya sih kisah ini hanya sebuah pengalaman kecil saya saja yang mungkin bias menjadi pembelajaran hidup. Saat itu saya sudah kuliah semester 4, akhir semesterlah cerita ini berlangsung. Tepatnya saat saya mengikuti UAS a.k.a Ujian Akhir Semester, mata kuliah yang akan saya jalani adalah sebuah mata kuliah yang termasuk dengan jenis MKDP a.k.a Mata Kuliah Dasar Pendidikan. Mata kuliah jenis ini adalah wajib ditempuh bagi mereka yang mengambil jurusan dengan jalur pendidikan di Universitas ini, bagi yang tidak mengikuti jalur pendidikan ya tidak akan dapat kuliah MKDP ini.

Tepatnya nama mata kuliah ini adalah Pengelolaan Pendidikan, saat UAS akan berlangsung seperti biasanya mahasiswa jenis seperti saya ini adalah seorang mahasiswa yang menganut akan sebuah paham yang berbunyi seperti ini, “posisi menentukan prestasi” (walaupun sebernarnya hanya bermodal lirikan mata saja). Saya datang cukup pagi kala itu mengingat saat itu kalau benar adalah hari Senin dimana jalanan biasanya lebih macet. Ok rencana pertama berhasil untuk mata kuliah ini, datang pagi lalu mencari kursi yang kosong untuk duduk dibelakang, barisan yang paling dibelakang tepatnya pokonya sampai kursi yang saya duduki nempel az ke tembok.

Dalam hati ih sudah senang, UAS duduk dibelakang di pinggir sebelah kanan adalah kawan dekat saya yaitu bung Diki Ahmad Sodiq, dipinggirnya ada R Fachmy Faisal yang berada sangat dipojok ruangan. Sebelah kiri saya ada teman saya yang bernama Rachmi Fitri, disampingnya lagi adalah teman_teman se-ganknya, yang walaupun pada pintar tetap saja kalau UAS mah ingin duduknya dibelakang. Haha…senangnya saat itu rencana B telah berhasil yaitu adalah berharap dapat teman-teman yang bias dilirik untuk menyontek memiliki kapabilitas yang cukup tinggi dan bias dipercaya, haha gaya gini ngomongnya.

Akhirnya pertempuran semakin dekat di hadapan mata ini, jarum panjang jam pun semakin dekat dan romantis saja hubungannya dengan angka dua belas semakin dekat, semakin dekat. Tepat jam 8 pagi kala itu sang dosen pengawas akhirnya datang juga sang dosen pengawas UAS. Beuh, yang ngawas ternyata wanita ya jelaslah rada paruh baya kalau taksiran saya sih usianya sekitar 30 tahunan lebih 5 tahun dikitlah. Perawakannya agak tomboy sih, kayaknya pas muda si ibu ini adalah wanita yang sangat aktif sekali itu sih baru perkiraan saya saja mengingat karena saya pernah naksir cewek tomboy hehe.

Dosen pengawas UAS ini adalah bukan dosen saya yang biasa mengajar saya mat kuliah yang sedang saya jalani ujiannya ini, mungkin ini adalah ketentuan fakultas dosen penanggung jawab tidak perlu mengawasi mahasiswa saat UAS. Seperti biasa yang dibawa kedalam kelas adalah lembaran-lembaran soal kertas ujian, kertas jawaban ujian, serta absen mahasiswa yang harus diisi oleh mahasiswa sebagai bukti kehadiran, dan yang terakhir adalah mungkin barang-barang milik pribadi sang pengawas.

Saya kira hari itu akan berjalan dengan sangat lancar eh ternyata tidak seperti apa yang saya harapkan di poin C tidak terjadi. Poin C adalah harapan saya yang berisi dengan harapan semoga saja pengawas ujiannya baik sekali, ya setidaknya bias meliriklah ke kiri dan ke kanan sedikit. Oh oh ternyata tidak demikian pemirsa, ibu pengawas kali ini yang berperawakan tingginya sekitar 160-165cm, lalu sepatunya adalah sepatu kets berwarna coklat yang menggunakan celana bahan katun warna biru dongker kemeja putih dibalut rompi kayak yang sering dipakai si Afgan (penyanyi solo pria itu) ini ternyata galak dan gak juteklah dikit.

Korban pertama dosen pengawas ini adalah sebagai berikut; R Fahmy Faisal, kamu yang belakang dipaling ujung maju kesini bawa kurisnya duduk pindah kedepan. Dengan terpaksa Fahmipun pindah kedepan. Diki Ahmad Sodiq, kamu bawa kesini kursinya duduk juga di depan. Lalu saya berikutnya, sebelum dipanggil saya sudah sadar diri dengan menggeser kursi tempat yang saya duduki untuk pindah kedepan, tentunya mencari tempat yang agak mojok juga. Hehe.

Tidur dulu ach besok dilanjutkan kembali.

Mari kita teruskan kembali cerita ini, singkat cerita adalah ujian ini sudah berlangsung setengah jam atawa 30 menit kalo ingin tahu lebih tepatnya. Ada satu teman saya yang datang. Dia ini datang didampingi oleh seorang temannya (entah itu teman atau saudaranya). Temanku ini adalah seorang tunanetra yang memiliki semangat juang dalam belajar yang sangat tinggi, salutlah pokoknya. Teman yang mendampinginya ini adalah akan menjadi seorang reader (pembaca). Hal ini biasanya lumrah dilakukan oleh para tunanetra setiap ada ujian berlangsung dikampus bila ujiannya bukan mata kuliah dari jurusan PLB.

Reader biasanya membantu paaa tunanetra dalam membacakan soal-soal ujian, menuliskan kehadiran mengikuti ujian, serta hal-hal yang berhubungan dengan ujian. Para reader inilah yang membantu teman saya yang tunanetra ini dalam ujian. Sebenarnya bila ujian yang diberikan adalah mata kuliah dari jurusan PLB para tunanetra ini terkadang tidak harus membawa reader karena jurusan biasanya menyediakan soal-soal ujian sudah dalam bentuk huruf braile. Ataupun bila tidak soal didiktekan lalu tunanetra menuliskan soal dan jawabannya dalam tulisan braile ini, tentunya dengan waktu ujian yang dirubah sedikit lebih lama oleh dosen. Karena dalam menulis braile ini memerlukan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan kita yang lebih awas.

Kembali lagi kepada topik utama cerita, saat teman tunanetra saya ini baru saja duduk untuk memulai ujian dan tentunya disampingnya selalu setia sang reader yang memiliki hati istimewa tentunya karena sudah mau menyempatkan waktu untuk membantu teman saya ini, tidak lama kemudian sang pengawas yang memasang tampak judesnya ini segera menyuruh reader untuk mengisi presensi ujian teman saya yang tunanetra ini. Biar lebih gampang kita panggil teman saya ini dengan panggilan Rosa (tentu saja demi privasi nama aslinya ini saya samarkan).

Dengan nada ketus terhadap Rosa yang terlambat datang ini sang pengawas dengan suara yang sedkit keras karena terdengar hampir di seluruh ruangan kelas berujar, “kamu sudah terlambat, untuk kamu tidak ada tambahan waktu dalam mengerjakan soal!. Mengerti?”. OK, fine si Rosa bisa menerima itu dan mahasiswa lainpun yang terlambat pasti mengerti dengan hal ini. Padahal kalau dikritisi sebenarnya dia ini terlambat mungkin adalah dikarenakan berbagai hal disekitarnya ini sangat tidak menunjang dan tidak bisa memenuhi sekali akan kebutuhan yang dia miliki dengan keterbatasannya ini. Yaitu adalah segala sesuatu akses yang bisa dengan mudah dia lewati (Aksesibilitas istilah tepatnya).

Untuk seorang peserta didik dengan kebutuhan khusus adalah sangat pentingnya pemenuhan kebutuhan khususnya itu dari pari pendidiknya. Namun sangat disayangkan sekali untuk tataran kampus sebesar almamaterku ini yaitu Universitas Patilasan Ikip yang berada di Setiabudhi sana yang sudah dan mau menerima peserta didik dengan kebutuhan khusus belum semuanya mengerti akan bagaimana melayani dan memenuhi kebutuhan khusus bagi para mahasiswanya. Ya paling banter jurusan saya sendiri mungkin yang dosen-dosennya sudah paham untuk melayani mahasiswa-mahasiswa dengan kebutuhan khusus.

Ya setidaknya bagi dosen yang tidak paham, tentunya harus mengerti dengan keadaan subjektif peserta didiknya ini. Teman saya Rosa inikan tunanetra kalu ujian harus didampingi oleh Reader untuk membacakan soal-soal ujian, setidaknya waktu untuk dia melaksanakan ujian haruslah setidaknya dirubah atau dimanipulasi supaya bisa melayani kebutuhan khususnya ini. Setidaknya argument saya ini adalh hasil kuliah saya saat semester 1 dan 2 yang lalu.

Ceritanya cukup sampai disinilah mungkin, walaupun sebenarnya banyak sekali yang ingin saya ungkapkan. Apalagi hasil kuliah saya yang pada matakuliah yang saya ceritakan ini adalah happy ending dengan hasil yang baik. Walaupun sebenarnya saya sendiri kuliah tidak baik, hanya masuk 9 kali pertemuan dari 15 kali pertemuan. Nilainya adalah A, entah dari mana itu ya. Heheheehehehehehe.

Minggu, 05 Oktober 2008

tugas translate

Rencana keberhasilan apakah yang dilakukan untuk menemukan bakat yang dimiliki dalam kebersamaan ?

  • Mencakup semuanya. Pemilihan tidak resmi telah melibatkan sebelum pemuda mengikuti untuk mengikat janji dalam pelatihan tetap. Dalam band junior, jumlah murid yang menimbulkan kebahagiaan untuk menanggapi lumayan baik dengan jumlah peralatan yang tersedia. Jadi, dengan beberapa tes dari instrument dan pertukaran keliling, ini kerja yang baik dan bagian perkusi mencoba menjadi tidak terbatas, dapat diperluas untuk membuat siapa saja figuran yang menunggu untuk menjadi bagian instrument yang cocok.
  • Karena aktivitas yang menawarkan atas dasar menahan murid yang mempunyai kesempatn untuk mengembangakan bakat mereka, dan dalam hal kesempatan yang baru- baru ini, atau siapa yang kekurangan latar belakang dalam bidang bakat- untuk meningkatkan bidang yang hilang. Seorang sukarelawan pada saat memulai tidak selalu menunggu kursus. Jadi, meskipun kegiatan telah dibuka, tentang kegiatan segera mengundurkan diri itu tidak serius, meninggalkan inti karena itu sesuai dengan kebutuhan minat dan semangat besar untuk mencapai suatu ukuran dari keberhasilan.
  • Semua kegiatan suka bergaul, dengan kelompok pemuda bekerja bersama terhadap keadaan yang biasa, dan mengerjakan dengan peraturan yang bersih dan pengharapan menentukan anggota. Ini menyebabkan lebih banyak motivasi, perasaan bersih karena mengenal, dan membangun persahabatan antar jarak umur, disamping itu keadaan yang biasa menyenangkan. Mempraktekkan usaha rumit dalam pemisahan dari yang lain dapat menjadi tugas yang menakutkan. Bekerja dalam kelompok dapat membuat semua perbedaan. Kompetisi informal yang mana datang terus, pelatihan dengan kumpulan juga bekerja berguna seperti melarikan diri untuk kompetisi yang mana sifat menyertai lebih banyak dari bidang bakat; bagian yang satu bekerja seperti klarinet, dan untuk menyampaikan dengan baik dalam sebuah audisi atau dalam berlatih lagi dan pentas. Ini persiapan baik untuk masa depan dimana audisi untuk tempat dalam aturan orkestra dan band.
  • Aktif melibatkan orang tua. Saya tahu dari pengalaman pelajar pribadiku- orang tua membuat perjanjian untuk menyusun pelajaran di luar sekolah, untuk memilih guru, dan untuk menyediakan kendaraan diluar jam sekolah- biasanya lebih termotivasi dan melanjutkan dengan pelajaran mereka yang lebih panjang disbanding mereka yang mengaku telah mengajar pada seorang atau dasar kelompo kecil di dalam sekolah. Menutup kontak dengan orang tua berarti pemuda itu mempunyaidukungan yang diperlukan untuk berhasil; dan juga ketika prestasi tinggi tiba, orang tua dalam persediaan untuk mendorong para murid untuk melanjutkan sampai tingkatan yang sulit.

Pendekatan sukses untuk identifikasi bakat dan pengembangan kemudian dilihat pada kombinasi :

· Inklusif

· Persediaan yang ditanggung

· Pergaulan/ unsur kelompok

· Keterlibatan berhubungan dengan orang tua

Gambar 7.4 Sebuah contoh inklusif untuk mengenal bakat dan perkembangan

Kegiatan dalam inklusif: Rancangan Sheffield

Rancangan sheffild menyediakan suatu contoh lebih terperinci bagaimana model yang inklusif untuk identifikasi bakat (gambar 7.4) telah memecahkan dalam latihan: Saat ini, atas bidang perbedaan sekolah dasar.

Tujuan akan mengidentifikasi 5 tahun para murid pada suatu kota tertua (EiC) sekolah dasar yang mungkin bermanfaat lebih dari satu rangkaian pada ‘percobaan pelajaran’ dikirimkan oleh layanan musik. Karena dana terbatas, diperlukan pemilihan. Pemuda ‘yang terpilih’ atas suatu periode wktu yang diperluas, menggunakan bidang rancangan metoda untuk menguji komitmen tugas mereka dan minat seperti halnya kemampuan awal mereka. Keterlibatan yang berkenaan dengan orang tua adalah suatu unsure penting, dengan bahan yang sedang dirancang untuk membantu kedua orang tuanya dan para murid agar mempunyai pandangan realistis dari apa yang dilibatkan di dalam pelajaran suatu instrument.

Karena suatu uraian yang penuh mengenai proyek, dan salinan mengenai bahan yang digunakan, Lihat catatan tambahan C.

Isu untuk sekolah: nilai dari suatu pendekatan inklusif

Istilah ‘bakat- tempat’ menyiratkan bakat itu adalah suatu bawaan- suatu atribut khusus memberikan pada yang sediit dikasihi; dan bahwa mutu khusus ini bagaimanapun juga dikenali, melalui suatu cakupan dan tes, melalui rekomendasi oleh ‘para ahli’ yang dapat ‘tempat’ potensial di dalam daerah tertentu, melalui sukses dalam suatu ‘kompetisi bakat’. Kita siap mengatakan ‘Dia menjadi sangat berbakat!’ atau ‘Dia mempunyai suatu bakat riil untuk olahraga senam’, sebab kita dapat melihat bahwa capaian mereka adalah di atas tingkatan yang umum untuk umur mereka, dan atau yang disana sepertinya menjadi suatu bakat yang tak terkatakan khusus, perikatan dan kenikmatan di dalam pendekatan mereka.

Sekalipun begitu kita telah melihat, mengidentifikasi para murid berbakat- terutama siapa yang berbakat hingga kini ta dikenalidan belum berkembang- adalah suatu jauh lebih menantang bisnis bersama. Suatu pendekatan inklusif dapat menyederhanakan keputusan sulit tentang penggunaan sumber daya langka, mendorong kompetisi sehat, dan memberi penghargaan janji tugas. Ini dapat juga melayani untuk pintu terbuka bagi mereka yang memiliki berbagai pertimbangan karena alasan kekurangan kesempatan untuk menemukan bakat tersembunyi mereka.

Mengenal dan memilih adalah fakta hidup

Sekolah secara teratur diminta untuk menidentifikasi para murid dengan bakat dalam olahraga dan dalam seni. Ini mungkin untuk ‘daftar tentang murid berbakat’, untuk menghadirkan sekolah di dalam suatu tim olahraga, untuk mengajukannya diperlukan suatu daftar penantian untuk peralatan pelajaran musik, atau sederhananya untuk mempunyai pekerjaan mereka diperlihatkan di dalam serambi pada Hari Terbuka. Pemilihan mungkin membuat atas suatu keseluruhan- sekolah dasar, dalam departemen, atau oleh perorangan yang bertanggung jawab atas kelompok ekstrakurikuler. Sebagian mungkin sangat sadar akan isu dilibatkan di dalam pendidikan karena berbakat dan kemampuan para murid; yang lain akan menjadi spesialis dalam bidang lain.

Siapapun yang membuat keputusan ini, ini penting karena mereka menjadi mengetahui. Tujuan ini memotivasi dan mendorong semua para murid untuk mengembangkan bakat mereka, dan dan berbuat yang terbaik untuk menidentifikasi keduanya dengan bakat yang tidak ditemukan dan masih belum tercapai.

LAMPIRAN

  1. Metoda apa yang digunakan sekolahmu saat ini untuk mengidentifikasi bakat murid ?

· Mencoba menggunakan cara kelompok tahun depan

    • Rekomendasi guru
    • Rekomendasi panutan (orang yang bersangkutan)
    • Rekomendasi yang berkenaan dengan orang tua
    • Perpindahan Informasi dari sekolah dasar
    • Daftar pertanyaan informal
  1. Bagaimana anda memulai mengenali tentang bakat murid yang mana sedang mengembangkannya di luar sekolah ?

· Metoda informal, dengan menanyakan mereka untuk menulis tentang ‘musik/ olahraga/ drama/ seni dalam hidupku’

· Rekomendasi panutan

· Rekomendasi yang berkenaan dengan orang tua

· Perpindahan informasi dari sekolah dasar

  1. Mempertimbangkan lagi contoh termasuk metoda untuk menidentifikasi bakat yang terlihat dalam gambar 7.4. Seberapa kuat peralatanmu dari segi teladan, satu diatas milik sendiri ini atau dalam bantuan dengan metoda lainnya ?
  2. Yang mana anggota dewan sekolahmu yang bertanggung jawab, satu secara langsung/ tidak langsung, untuk mengidentifikasi bakat murid, oleh pemilihan tim olahraga, mempertunjukkan kesenian,bermain, musik, konser, dsb ? Bagaimana kamu memulai tentang meningkatkan suatu isu yang meliputi dalam mengidentifikasi bakat murid- bakat istimewa itu tidak pernah mengenal siapa ?