Selasa, 23 September 2008

Tugas Inklusi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah hak asasi manusia. Oleh sebab itu pendidikan harus dapat dinikmati oleh semua warga Indonesia. kebijakan pemerintah dalam penuntasan wajib belajar pendidikan dasar Sembilan tahun disemangati oleh seruan Internasional Education For All (EFA) yang dikumandangkan oleh UNESCO. Sebagai kesepakatan global hasil world Education forum di Dakar, Senegal tahun 2000, penuntasan EFA diharapkan tercapai pada tahun 2015. Seruan ini senafas dengan semangat dan jiwa pasal 31 UUD 1945 tentang hak setiap warga Negara untuk memperoleh pendidikan dan pasal 32 UUSPN No. 20 tahun 2003 tentang pendidikan khusus dan pendidikan layanan khusus.

Pendidikan inklusi adalah pendidikan yang mengikutsertakan anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus (anak luar biasa) untuk belajar bersama-sama dengan anak sebaya disekolah umum. Bila diterapkan di sekolah menjadi memiliki pengertian bahwa sekolah yang inklusif itu adalah sekolah yang menampung semua murid di kelas yang sama, sekolah ini menyediakan program pendidikan yang layak, menantang, tetapi sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan setiap murid dengan bantuan dan dukungan yang dapat diberikan oleh para guru agar anak-anak berhasil. Lebih dari itu sekolah yang inklusif juga merupakan tempat setiap anak dapat diterima, menjadi bagian dari kelas tersebut, dan saling membantu dengan guru dan teman sebayanya, maupun anggota masyarakat lain agar kebutuhan individualnya terpenuhi. Tetapi dalam penyelenggaraannya pendidikan inklusi ini banyak mengalami kesulitan dan hambatan dalam pelaksanaan,pengembangan, dan pencapaian yang dianggap ideal.

Menyadari betapa pentingnya pendidikan inklusi ini untuk mendukung berhasilnya program pemerintah dalam penuntasan wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun. Untuk itu agar kita mengetahui langsung seperti apa pendidikan inklusi di lapangan maka mahasiswa dapat melakukan observasi ke lapangan secara langsung sehingga dapat mengetahui bagaimana penerapan pendidikan inklusi di lapangan.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :

- Mahasiswa diharapkan mendapat pengalaman yang berharga setelah melaksanakan observasi ini

- Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana pendidikan inklusi dilapangan

- Mahasiswa diharapkan mampu mengidentifikasi keinklusifitasan sekolah yang di observasi

- Mahasiswa dituntut mampu mengemukakan ide untuk sumbangsih saran pendidikan inklusi yang ideal nantinya.

1.3 Prosedur

Prosedur observasi akan memberikan gambaran mengenai keseluruhan dari mulai proses perencanaan, pelaksanaan, pengumpulan data analisis dan penafsiran data sampai pada tahap penulisan makalah.

  1. Tahap Persiapan Observasi

a. Pemilihan Sekolah Tujuan Observasi

Kegiatan ini merupakan tahap awal dari serangkaian proses observasi. Sebelum melakukan observasi tim penulis terlebih dahulu memilih dan mendiskusikan sekolah yang akan dijadikan objek observasi, pada akhirnya terpilihlah Sekolah Tunas Unggul (Global Interactive School) yang menjadi tujuan observasi dari tim penulis.

b. Mengurus Perijinan

Mengurus perijinan yang pertama-tama meminta ijin kepada kantor Jurusan Pendidikan Luar Biasa dengan membuat surat permohonan ijin observasi dengan tujuan Sekolah Tunas Unggul (Global Interactive School) yang beralamat di Jl. At-taqwa no. 15 Desa Pasir Impun Kecamatan Mandala Mati Kota Bandung. Setelah pembuatan surat permohonan ijin observasi selesai dibuat lalu tim penulis menyambangi sekolah bersangkutan untuk menyampaikan surat tersebut kepada kepala sekolah, kemudian setelah kami diberikan ijin melakukan observasi baru tim penulis dapat melaksanakan apa yang menjadi tujuan di sekolah tersebut.

c. Menyiapkan Perlengkapan Observasi

Perlengkapan yang disiapkan adalah perlengkapan fisik seperti alat tulis, buku untuk catatan, tape recorder, dan lain sebagainya. Selain hal itu juga yang dipersiapkan ialah mengatur perjalanan dalam hal ini diperlukan peta sebagai penolong / petunjuk tertulis selain informasi dari masyarakat.

  1. Tahap Pelaksanaan Observasi

Dalam pelaksanaannya tim penulis mengunjungi sekolah bersangkutan setiap satu minggu sekali tepatnya pada hari Jum’at, dengan jumlah kedatangan sebanyak enam kali datang. Sebelum itu semua terlebih dahulu tim penulis harus mengetahui letak sekolah tujuan yang berada di daerah Bandung Timur ini. Demi mencapai tujuan observasi, tim penulis berupaya menciptakan, menjalin dan membina hubungan yang bersifat aktif dan harmonis dengan orang-orang yang berada di lingkungan yang merupakan sumber data sehingga segala informasi yang dicari dan berkaitan dengan apa yang dibutuhkan oleh tim penulis dapat diperoleh secara akurat.

1.4 Metode Penulisan dan Observasi

Metode atau cara yang tim penulis pergunakan dalam makalah ini adalah metode deskriptif yaitu dengan cara melakukan langsung pendekatan yang diarahkan pada masalah faktual yang terjadi pada Sekolah Tunas Unggul (Global Interactive School). Sedangkan guna mendukung metode diatas maka tim penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

1. Library Research (Riset Kepustakaan)

Yaitu berupa pengumpulan data yang penulis peroleh dari hasil referensi kepustakaan, diktat-diktat perkuliahan, maupun catatan materi perkuliahan yang mengandung relevansi dengan objek bahasan.

2. Field Research (Riset Lapangan)

Disini tim penulis langsung mendatangi objek dan lokasi terkait dengan melakukan pendekatan secara;

a. Wawancara langsung dengan pihak yang terkait dengan bahasan pada makalah ini, untuk mendapatkan penjelasan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan apa saja data yang tim penulis perlukan.

b. Observasi yaitu dengan cara tim penulis mengamati langsung bagaimana pelaksanaan keadaan belajar dan keadaan lain yang menunjang sistem pendidikan inklusi pada Sekolah Tunas Unggul (Global Interactive School). Adapun Jenis observasi yang tim penulis pergunakan adalah observasi kuasi partisipatif yaitu merupakan observasi yang seolah-olah turut berpartisipasi, tetapi sebenarnya hanya pura-pura saja turut ambil bagian dalam situasi yang di observasi.

Sementara untuk pemecahannya, tim penulis menggunakan metode analisis deskriptif yaitu pembahasan dan pengelolaan materi yang dimulai dari pengumpulan teori bahasan serta data yang diperoleh sebagai landasan pemecahan dan kemudian menyimpulkannya.

1.5 Sistematika Penulisan

BAB I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Masalah

1.2 Tujuan

1.3 Prosedur

1.4 Metode Penulisan dan Observasi

1.5 Sistematika Penulisan

BAB II ISI

2.1 Identitas Sekolah

2.2 Lingkungan Sekolah

2.3 Lingkungan Manusia

2.4 Keadaan Proses Belajar Mengajar

2.5 Potensi Sekolah Tunas Unggul kepada Pendidikan Inklusi

2.6 Ide Mengembangkan Tunas Unggul Menjadi Ideal

BAB III Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

BAB II

ISI

2.1 Identitas Sekolah

Nama Sekolah : Tunas Unggul Sekolah Interaktif (Global Interactive School)

Berdiri : 28 Januari 2002

Status : Swasta Penuh

Alamat : Jl. At-taqwa no. 15 Desa Pasir Impun Kecamatan Mandala Jati Kota Bandung

Jenjang : TK dan SD

Luas : 1000 m2 (SD), dan 800 m2 (TK)

Visi :

- Menjadi model sekolah berbasis ruh tauhid, yang bervisi maju, mencerahkan dan menginspirasi.

Misi :

- Mengajak anak berkembang secara proposional dalam IQ, EQ, SQ, dan memberi ruang bagi anak untuk menjalani masa-masa perkembangannya dengan indah, nyaman, dan menyenangkan.

- Mempersiapkan anak hidup dalam dunia realitas, dengan menyadari segala kelebihan dan kekurangan dirinya, dan dapat berprinsip bahwa diri yang terbaik adalah dapat memberi manfaat bagi orang lain, berkelimpahan, jujur,dan rendah hati.

- Membiasakan anak untuk berfikir terbuka dan ilmiah, tidak terjebak pada prasangka, dan memiliki rasa ingin tahu yang besar.

- Memberikan bekal bagi anak dengan latihan-latihan kepemimpinan, life skills, profesional skills,agar anak dapat berkembang dan berbahagia menjadi diri sendiri.

Prinsip Dasar :

- Membangun prinsip kesetaraan antara sektor pendidikan Sekolah Tunas Unggul dengan sektor pendidikan (di luar Sekolah Tunas Unggul),dan dengan sektor-sektor lainnya. Kehadiran sistem pendidikan Sekolah Tunas Unggul harus senantiasa dimaknai sebagai adanya keharusan untuk bersama–sama sistem yang lainnya mewujudkan cita-cita masyarakat. Pendidikan Sekolah Tunas Unggul bukan sesuatu yang secara eksklusif terpisah dari sosialnya. Pendidkan Sekolah Tunas Unggul sebagai sistem merupakan sistem terbuka yang senantiasa berinteraksi dengan lingkungannya.

- Prinsip perencanaan pendidikan. Oleh karena manusia dan masyarakat senantiasa berubah, mengalami perubahan yang direncanakan maupun yang tidak direncanakan, baik yang dapat diterima maupun yang harus ditolak, maka pandidikan juga dituntut untuk cepat tanggap atas perubahan yang terjadi dan melakukan upaya yang tepat dan secara normatif sesuai dengan cita-cita masyarakatnya. Pendidikan Sekolah Tunas Unggul bersifat progressif, tidak resisten terhadap perubahan, akan tetapi mampu mengendalikan arah perubahan itu. Pendidikan Sekolah Tunas Unggul harus mampu mengantisipasi perubahan itu.

- Prinsip rekonstruksionis. Dalam kondisi masyarakat yang menghendaki perubahan mendasar, artinya juga perubahan dengan skala besar berdasarkan gagsan besar, maka pendidikan Sekolah Tunas Unggul harus mampu menghasilkan produk-produk yang dibutuhkan oleh perubahan besar tersebut. Paham rekonstruksionis mengkritik pandangan pragmatis sebagai pandangan yang cocok untuk kondisi yang relatif stabil. Pandekatan pemecahan masalah bersifat lebih berorientasi masa kini, sedangkan pendekatan rekonstruksionis lebih berorientasi masa depan dengan tetap berpijak pada kondisi sekarang.

- Prinsip pendidikan berorientasi pada peserta didik. Dalam memberikan pelayanan pendidikan, sifat-sifat peserta didik yang bersifat umum maupun spesifik harus menjadi pertimbangan. Layanan pendidikan untuk kelompok usia anak berbeda dengan untuk remaja dan dewasa. Pendekatan pendidikan untuk anak didaerah terpencil tidak dapat disamakan dengan untuk anak perkotaan. Termasuk dalam hal ini adalah perlunya perlakuan khusus bagi kelompok ekonomi lemah, berkelainan fisik atau mental.

- Prinsip pendidikan multibudaya. Sistem pendidikan Sekolah Tunas Unggul harus memahami bahwa masyarakat yang dilayani bersifat plural., dan oleh karena pluralisme perlu menjadi acuan yang tak kalah pentingnya dengan acuan-acuan yang lain. Pluralisme merupakan paham yang menghargai perbedaan, dan akan baik bila pendidikan sekolah tunas unggul dapat mendayagunakan perbedaan tersebut sebagai dinamika yang bersifat konstruktif, dan diikat oleh kesamaan pandangan ideologi.

- Prinsip pendidikan global. Pendidikan Sekolah Tunas Unggul harus mampu berperan dalam menyiapkan peserta didikdalam konstelasi masyarakat global, dengan tetap mewajibkan untuk ”melestarikan” karakter agamis –patriotis.

2.2 Lingkungan Sekolah

2.2.1 Keadaan fisik sekolah

· Sekolah Tunas Unggul walaupun baru didirikan beberapa tahun, namun cukup memadai dengan telah memiliki fasilitas sebagai berikut :

No

Jenis ruangan

Jumlah Ruangan

TK

SD

1

Ruang Kelas

4

10

2

Lab Komputer

-

1

3

Perpustakaan

1

1

4

Ruang Makan

1

1

5

Arena Bermain Out Door

1

1

6

Arena Bermain In Door

1

-

7

Masjid

-

1

8

Ruang Kepala Sekolah

1

1

9

Ruang Guru

1

1

10

Ruang Administrasi

1

1

11

Kamar Mandi / WC

2

4

12

Gudang

1

1

13

Kamar Penjaga Sekolah

1

1

14

Lapang Olah Raga

1

1

15

Ruang Konsultasi Psikologi

-

1

16

Ruang Foto Copy

-

1

17

Ruang UKS

-

1

18

Pos Satpam

1

1

19

Ruang Treatment Anak Berkebutuhan Khusus

-

1

20

Kantin

-

1

· Inventaris, sebagai berikut:

No

Nama Barang

Jumlah di tiap kelas

1

Bangku

25 Buah

2

Lemari

2 Buah

3

Meja

25 Buah

4

Papan tulis

1 Buah

5

Rak Sepatu

1 Buah

6

Box Makanan

1 Buah

7

Rak Buku

1 Buah

8

Meja Guru

1 Buah

· Nama-nama kelas : Kelas 1 – Gerbera

Aglaonema

Kelas 2 – Azelia

Bougenvillea

Aloe Vera

Kelas 3 – Lavender

Aster

Kelas 4 – Salvia

Torenia

Kelas 5 – Oleander

Helliconia

· Benda-benda dalam kelas: Banyak sekali benda-benda didalam setiap kelas di Sekolah Tunas Unggul (Global Interactive School) ini baik jenjang pendidikan TK maupun SD, yaitu antara lain poster-poster edukatif, buku-buku pelajaran siswa,di kelas-kelas tertentu sudah disediakan komputer, televisi, DVD, serta alat elektronik yang menunjang proses kegiatan belajar mengajar, hasil kerajinan tangan siswa kelas tersebut (biasanya diganti setiap satu bulan sekali sesuai dengan tema yang telah ditentukan sebelumnya).

· Ruang Guru dan suasanany : Keadaan ruang guru tampak sangat nyaman walupun dengan ukuran yang tidak terlalu luas, dikarenakan lebih banyak digunakan dan ditempati oleh guru bidang studi saja, karena guru yang menjadi wali kelas lebih banyak menghabiskan waktu pekerjaannya di ruang kelas yang dia tempati dengan telah disediakan fasilitas yang menunjang kinerjanya. Sedangkan guru kelas juga tidak terlalu banyak dan tidak selalu menempati ruang guru karena biasanya lebih banyak berada dikelas dengan hanya berpindah kelas di satu level yang sama misalnya kelas 2.

· Lapangan Olah Raga: Lapangan olah raga di Sekolah Tunas Unggul terdiri dari dari satu lapangan basket dan sedikit taman bermain di tingkat SD (lebih dikenal dengan kampus satu) sedangkan di tingkat TK (lebih sering disebut kampus dua) terdiri dari satu lapangan bermain yang cukup luas dengan berbagai permainan yang sudah dipasang secara permanent.

· Keamanan: Tingkat keamanan di Sekolah Tunas Unggul ini sangat terlihat cukup aman karena selain letaknya berada di komplek pemukiman yang memiliki banyak penduduknya yang selalu ikut membantu keamanan Sekolah Tunas Unggul itu sendiri. Serta Sekolah Tunas Unggul sendiri yang memperkerjakan dua orang satpam sebagai tenaga penjaga keamanan dengan masing-masing berposisi satu orang di tingkat SD (kampus satu) yang berada tepat di samping jalan utama Pasir Impun dan satu orang di tingkat TK (kampus 2) yang sedang dalam proses pembangunan. Masing-masing satpam diberi fasilitas berupa pos jaga.

· Kenyamanan dan Kesehatan Lingkungan: Melihat lokasi Sekolah Tunas Unggul yang berada di daerah dataran tinggi Bandung Timur ini memang sangat menunjang sekali dalam hal kenyamanan dan kesehatan lingkungan, karena berada di lingkungan yang asri, bebas polusi, serta masih terdapat banyak lahan yang dapat diekplorasi oleh anak-anak sehingga kebutuhan akan input gerak, perkembangan imajinasi dapat terfasilitasi baik itu dilakukan dengan kegiatan seperti hiking ataupun kegiatan yang lainnya tergantung rencana dan kebijakan sekolah sendiri.

· Aksesibilitas: Dalam segi aksesibilitas memang sekolah ini memiliki kekurangan untuk mengakomodasi anak berkebutuhan khusus, karena sekolah ini juga sedang dalam proses pembangunan membuat infrastruktur yang memadai dan mampu mengakomodasi semua anak.

2.2.2 Keadaan Ekonomi, Sosial, dan Budaya

o Keadaan Ekonomi

Sekolah mendapatkan dana BOS yang dipergunakan untuk membeli peralatan yang dibutuhkan murid seperti buku-buku. Dana sekolah lebih besar diadapat dari orang tua murid, karena sekolah ini berstatus swasta penuh dan berupa yayasan sehingga dana yang paling utama dan terbanyak didapat dari orang tua murid seperti dari biaya masuk Sekolah Tunas Unggul baik setiap tahun ajaran baru dimulai ataupun dari siswa baru yang pindah ke Tunas Unggul sendiri.

o Keadaan Sosial

Di sekolah ini siswa-siswanya berstatus dari kalangan menengah keatas dan dari latar belakang orangtua dengan berbagai profesi yang bertemu dalam satu sekolah sehingga menciptakan suasana pergaulan yang sangat terbuka dan sekolah juga ikut menciptakan suasana tersebut kedalam persaingan yang kooperatif sehingga diantara para siswanya itu sendiri bisa menciptakan iklim persahabatn yang harmonis.

o Keadaan Budaya

Di sekolah ini terdapat berbagai macam suku budaya seperti sunda dan jawa, tetapi karena kebanyakan orang bandung dengan budaya sunda, orang dari luar sunda pun mampu beradaptasi dengan budaya sunda itu sendiri

o Hubungan Sekolah dan Masyarakat

Hubungan Sekolah berbaur dengan masyarakat sangat tejalin dengan harmonis dan sangat erat serta saling mengisi antara lain Sekolah Tunas Unggul mengadakan acara bazar yang dihadiri oleh masyarakat sekitar, dan pada saat lebaran murid-murid Sekolah Tunas Unggul ikut mengadakan acara amal dengan membagikan sembako kemasyarakat sekitar agar terjalin hubungan baik antara sekolah dan masyarakat di sekitar sekolah.

2.3 Lingkungan Manusia

No

Jabatan

L

P

Jumlah

1

Kepala Sekolah

-

1

1

2

Wali Kelas

2

9

11

3

Guru kelas

2

9

11

4

Guru Bid. Studi

3

6

9

5

Helper

1

7

8

6

Administrasi

-

2

2

7

Psikolog

-

1

1

8

Orthopedagog

1

3

4

Jumlah

9

38

47

Wali kelas :Guru yang selalu menetap dikelas yang dipegang.

Guru kelas :Guru yang mengajar di kelas tertentu di dua kelas atau lebih dengan tingkat yang sama, tetapi dia tidak mempunyai kewajiban lebih dari mengajar.

Guru bidang studi :Guru yang mengajar satu mata pelajaran tertentu saja.

Guru-guru bidang studi di SD Tunas Unggul

1. Guru Pendidikan Agama Islam

2. Guru Bahasa Inggris

3. Guru Bahasa Arab

4. Guru Komputer

5. Guru Olahraga

6. Guru Bahasa Sunda (untuk kelas 1 dan 2 Budaya Jawa Barat

7. Guru Sains (baik sains sosial maupun natural)

8. Guru Matematika

9. Guru PPKn

Psikolog :Bertugas melayani orangtua siswa yang ingin berkonsultasi mengenai perkembangan kemampuan anak.

Orthopedagog :Bertugas melayani kebutuhan para anak berkebutuhan khusus dengan berbagai layanan yang dibutuhkan anak agar mampu mengikuti proses belajar dikelas.

Helper :Orang yang bertugas mendampingi anak berkebutuhan khusus.

- Latar Belakang Guru

Para guru di sekolah ini latar belakang pendidikannya berbeda-beda dan merupakan lulusan dari berbagai universitas, diantaranya:

Ø UIN

Ø UPI

Ø UNPAD

Ø ITB

Ø UNISBA

Ø IPB

Ø UDAYANA

Ø UNJ

Untuk psikolog adalah lulusan dari UNISBA dan Orthopedagog sendiri latar belakang pendidikannya dari Pendidikan Luar Biasa ada yang lulusan dari UPI maupun UNINUS serta masih ada yang berstatus mahasiswa PLB UPI angkatan 2003. Sedangkan latar belakang pendidikan helper ada yang dari lulusan universitas dan ada juga dari lulusan sekolah menengah atas (SMA/sederajat)

- Pandangan guru terhadap murid

Pandangan guru terhadap murid, baik yang normal maupun yang berkebutuhan khusus diperlakukan sama di kelas tanpa membeda-bedakan

- Hal yang disenangi dan tidak disenangi guru

Sama halnya seperti guru pada umumnya, guru akan senang jika anak didiknya berprestasi, mematuhi aturan, dan melakukan hal-hal yang positif. Dan sebaliknya guru tidak menyenangi anak yang suka melanggar aturan.

- Absensi guru

Setiap hadir disekolah biasanya guru mengambil absensi masing-masing di rak yang telah disediakan lalu dilubangi dengan alat khusus sebagai tanda kehadiran

- Perlakuan guru terhadap murid

Perlakuan guru terhadap murid yang berprestasi biasanya diberi penghargaan atau hadiah yang berupa materi (seperti permen dan makanan-makanan kecil), gambar prestasi, piagam penghargaan, dan lain-lain. Sedangkan untuk murid yang melanggar peraturan biasanya diberi hukuman waktu dulu berupa fisik tetapi sekarang hukuman dengan cara fisik tidak dilakukan lagi, sekarang hukuman untuk anak yang melanggar berupa peringatan terlebih dahulu, atau diberi hukuman untuk menyapu halaman,membersihkan WC, dan hukuman lain yang sifatnya mendidik supaya anak itu tidak melakukan kesalahan lagi.

- Sikap kepala sekolah terhadap guru

Kepala sekolah sangat menjaga baik hubungan yang sudah tercipta dengan harmonis dan kekeluargaan sehingga guru-guru, psikolog, dan orthopedagog sendiri dibuat nyaman bekerja di sekolah ini, sehingga di sekolah ini sangat tercipta iklim pekerjaan yang bekerjasama dengan erat.

- Cara-cara kepala sekolah menghadapi orang tua murid

Jika orang tua murid ingin bertemu kepala sekolah biasanya di tangani terlebih dahulu oleh guru kelas atau wakil kepala sekolah. Tapi kalau orang tua murid ingin langsung bertemu kepala sekolah harus membuat perjanjian terlebih dahulu.

· Pegawai-pegawai sekolah:

No

Jabatan

Tugas-tugas

Jumlah

1

Satpam

- Menjaga keamanan lingkungan sekolah

- Mengatur keluar masuknya kendaraan

- Mengawasi murid untuk tidak keluar dari lingkungan sekolah.

2 orang

2

Office boy

- Membersihkan lingkungan sekolah

2 orang

3

Pegawai perpustakaan

- Menjaga perpustakaan

2 orang

4

Catering

- Menyiapkan makan selingan dan makan siang untuk murid, guru dan para pegawai

5

Supir

- Mengantar jemput para murid

13 orang

- Hubungan pegawai dengan guru, kepala sekolah, dan orang tua

Di sekolah ini hubungan para guru, pegawai, kepala sekolah serta orangtua sendiri sangat harmonis dan kekeluargaan, semua yang berada di sekolah ini sangat sopan dalam bergaul serta tidak memandang jabatan dalam berkomunikasi dan interaksinya, dari sinilah membuat para pegawai yang berada di sekolah sangat betah bekerja.

2.4 Keadaan Proses Belajar Mengajar

o Kurikulum sekolah

Kurikulumnya sama seperi pada sekolah umum lainnya, tetapi untuk anak yang berkebutuhan khusus ada kurikulum tersendiri yaitu dibuat silabusnya dari kelas, disesuaikan dengan kemampuan anak, lalu dibuat program pembelajaran individu (ppi). Jika ada abk yang sudah memiliki kemampuan sama dengan anak normal, maka kurikulumnya disamakan.

o Persiapan guru

Guru datang lebih awal dari murid sekitar pkl. 07.15 untuk mempersiapkan materi-materi untuk di sampaikan di kelas, sedangkan murid masuk pkl. 08.00.

o Jadwal pelajaran di setiap kelas

Masuk dari pkl. 08.00-09.30 mengaji al-qur’an/iqra, lalu kbm dimulai dari pkl 09.30-10.00, kemudian pkl. 10.00-10.30 waktu makan selingan berupa makanan ringan. Dan dilanjutkan kbm kembali sampai pkl. 11.30 untuk kelas 1,2, dan 3, sedangkan untuk kelas 4 dan 5 sampai pkl. 12.00. lalu istirahat kembali untuk makan siang, sholat dzuhur, dan mengisi buku penghubung sampai pkl. 13.00. dilanjutkan belajar kembali untuk kelas 1, 2, dan 3 sampai pkl. 13.30, sedangkan untuk kelas 4 dan 5 sampai pkl. 14.30. (senin s/d kamis).

Sedangkan hari jumat, kbm dilaksanakan sampai pkl. 13.30, dan pada pkl. 14.00-15.30 dilanjutkan dengan kegiatan ekstrakulikuler. ( sabtu dan minggu libur ).

o Bentuk hukuman dan penghargaan

Bentuk hukuman

1) Peringatan

2) Menyapu halaman

3) Membersihkan WC

Bentuk penghargaan

1) berupa permen atau yang lainnya.

2) berupa gambar yang ditempel didinding sebagai prestasinya

3) berupa piagam penghargaan

o Suasana kelas

Didalam kelas guru menciptakan suasana yang sangat menyenangkan bagi proses kegiatan belajar dan mengajar, serta bisa menciptakan persaingan diantara siswa yang kooperatif, sehingga siswa dapat menciptakan iklim pertemanan yang baik dan harmonis.

o Buku pelajaran

Karena tuntutan diknas, kelas 4 dan 5 harus menggunakan buku paket khususnya matematika dan Bahasa Indonesia. Buku pelajaran tersebut disediakan oleh sekolah dan tidak bisa dibawa pulang kerumah hanya di pakai di sekolah saja. Buku tersebut dihasilkan dari dana BOS.

o Alat peraga dan media belajar

Alat peraga yang di pakai pada saat kegiatan belajar diantaranya:

· Torso (alat sains)

· Globe (bola dunia)

· Bulan-bulan

· Planet-planet

· Computer + internet (di kelas sains)

· VCD, DVD, dan TV

· Poster-poster edukasi

o Aktivitas murid

§ Belajar dikelas seperti halnya disekolah umum lainnya

§ Belajar di luar kelas

§ Sholat dhuha dan membaca al-qur’an/iqra’

§ Presentasi di depan teman-temannya

§ Olah raga ( sepak bola, basket, volley, bulu tangkis, renang, dan lain-lain )

§ Out bond / hiking

o Kerjasama dan persaingan dikalangan murid

Kerjasama dan persaingan dikalangan murid sering terjadi, karena selalu dipancing dengan penghargaan yang akan diberikan kepada murid yang bisa bekerjasama dan bersaing secara sehat.

o Usaha membantu murid secara individu

Usaha dalam membantu murid di sekolah ini sangat terlihat baik terutama kepada anak berkebutuhan khusus misalnya dengan didampingi helper. Sedangkan bila didalam kelas ada murid yang kesulitan dalam suatu hal guru terjun langsung membantu murid tersebut, baik itu oleh wali kelas ataupun oleh guru kelas.

o Kebebasan murid bertanya dan berdiskusi

Mereka diberi kebebasan untuk bertanya dan berdiskusi, tetapi keaktifan murid, baik anak berkebutuhan khusus maupun anak normal tergantung pada karakteristik pribadi masing-masing.

o Hubungan murid dengan murid

Hungungan murid dengan murid baik, diantara anak berkebutuhan khusus dan anak normal saling bekerjasama dan saling membantu satu sama lainnya. Tetapi ada juga anak yang antipati terhadap anak berkebutuhan khusus. Dalam bersosialisasi pada anak berkebutuhan khusus tidak ada keistimewaan, mereka bersosialisasi dengan anak normal secara natural dan alamiah.

o Metode mengajar dan disiplin kelas

Metode dan disiplin kelas di SD Tunas Unggul menggunakan dua bahasa yaitu B.Indonesia dan B.Inggris, siswa-siswa di sekolah ini juga dituntut untuk bisa presentasi di depan kelasnya dalam proses belajarnya.

o Ekstrakulikuler

1. sains klub

2. wushu

3. taekwondo

4. futsal

5. vocal

o Keterampilan pelajaran

1. seni musik

2. seni tari

3. kerajinan tangan

4. art

2.5 Potensi Sekolah Tunas Unggul kepada Pendidikan Inklusi

Sekolah Tunas Unggul bila dikaitkan dengan sistem pendidikan inklusi sangat memiliki potensi kearah yang baik, melihat dan merujuk dari data yang tim penulis peroleh dari hasil observasi di lapangan yang bertempat di Tunas Unggul Sekolah Interaktif (Global Interactive School). Banyak data yang tim penulis dapatkan disana yang sangat mengarah dan menunjang sistem pendidikan inklusi, antara lain :

1. Dari sistem penerimaan siswa-siswinya Sekolah Tunas Unggul sudah mampu menerima dan mengakomodasi anak berkebutuhan khusus, walaupun penerimaannya rasio 1:5 dengan anak normal pada umumnya dengan harus menjalani serangkaian test baik itu dari orthopedagog dan psikolog Tunas Unggul dengan tujuan mengetahui seberapa besar kemampuan anak. Tes ini pun berlaku bagi siapa saja anak-anak yang akan menjadi siswa disana.

2. Berangkat dari misi yang Sekolah Tunas Unggul junjung ke permukaan hal ini juga merupakan salah satu alasan kuat sudah mulai terbentuk dan terlaksananya pendidikan inklusi di Tunas Unggul.

3. Dalam prinsip dasar yang di usung Tunas Unggul ketika sekolah ini mulai terbentuk juga sangat menunjang dalam tatalaksana pendidikan inklusi di Sekolah Tunas Unggul, satu contoh misalnya prinsip pendidikan multibudaya. Sistem pendidikan Sekolah Tunas Unggul harus memahami bahwa masyarakat yang dilayani bersifat plural., dan oleh karena pluralisme perlu menjadi acuan yang tak kalah pentingnya dengan acuan-acuan yang lain. Pluralisme merupakan paham yang menghargai perbedaan, dan akan baik bila pendidikan sekolah tunas unggul dapat mendayagunakan perbedaan tersebut sebagai dinamika yang bersifat konstruktif.

4. Lingkungan sekolah dan keadaan fisiknya seperti perbandingan siswa-siswi dengan ruas kelas yang mereka tempati, posisi duduk yang telah diatur sedemikian rupa (meja tempat belajar anak tidak dibuat untuk individu tapi memanjang sehingga memudahkan sistem belajar kelompok),denda-benda dan fasilitas yang sangat menunjang proses kegiatan belajar mengajar di kelas yang bisa digunakan oleh semua anak.

5. Lingkungan manusia (khususnya para tenaga pengajar) di Sekolah Tunas Unggul sudah dipersiapkan untuk menerima kehadiran anak berkebutuhan khusus, tentunya dengan bekerja sama dengan berbagai pihak seperti yang pernah dilakukan sekolah bekerjasama orthopedagog di Tunas Unggul dengan mendatangkan Drs. M. Sugiarmin, M.Pd. untuk up grading guru-guru biasa agar mampu menghadapi anak berkebutuhan khusus dalam proses belajar.

6. Keadaan dalam proses belajar dan mengajar sangat telah mengakomodasi semua anak, baik itu anak normal maupun pada anak berkebutuhan. Seperti kurikulum yang disediakan bagi anak berkebutuhan khusus yaitu program pengajaran individu (PPI), bentuk hukuman dan penghargaan yang tidak membeda-bedakan anak, kebebasan dalam setiap aktifitas anak yang diwadahi dengan adanya ektrakulikuler yang bisa diikuti oleh siapa saja.

7. Mampu dan selalu bekerjasama dengan banyak pihak yang bisa membantu meningkatkan kualitas sekolah pada umumnya dan anak pada khususnya, misalnya dalam kegiatan hiking tidak jarang bekerjasama dengan Terapi Alam dalam kegiatan ini, kegiatan lainnya seperti assembly yaitu kegiatan pementasan hasil karya siswa-siswi yang ditampilkan setiap satu bulan sekali secara rutin dengan menghadirkan semua orang tua siswa.

2.6 Ide Mengembangkan Sekolah Tunas Unggul Menjadi Ideal

Tentunya di Sekolah Tunas Unggul (Global Interactive School) memiliki kelebihan dan kekurangan dalam pelaksanaan yang berhubungan dengan sistem pendidikan inklusi. Untuk itu sekolah dituntut untuk mempertahankan kelebihan yang ada serta membenahi kekurangan yang dimiliki, lebih baik lagi apabila sekolah mampu meningkatkan apa yang telah menjadi kelebihannya dan kekurangannya menjadi lebih baik lagi. Disini tim penulis akan coba mengemukakan beberapa ide agar Sekolah Tunas Unggul menjadi semakin ideal, antara lain :

1. Pembenahan dan pembangunan infrastruktur maupun fasilitas yang ada agar semakin aksesibilitas serta bisa digunakan oleh semua individu yang berada disekolah terutama anak berkebutuhan khusus yang kemungkinan memiliki kesulitan dalam hal mobilitas pergerakan.

2. Penurunan biaya masuk Sekolah Tunas Unggul yang sekarang sebenarnya hanya mampu menjangkau kalangan ekonomi menengah ke atas, dari hal ini sebenarnya sekolah belum mampu menjangkau kalangan ekonomi menengah ke bawah yang sebenarnya kalangan merekalah yang sering mengalami masalah putus sekolah. Memang sekolah ini berstatus swasta yang aliran dananya lebih banyak bersumber dari para siswanya itu.

3. Dalam proses pembelajaran guru perlu dilatih lagi dalam meningkatkan kemampuan dalam kejelian melihat peluang atau cara baru dalam cara belajar. Baik cara baru membentuk kelompok kerja siswa, pemanfaatan teman jadi tutor sebaya, kerjasama, pengenalan penggunaan teknologi bagi seluruh siswa.

4. Menyiapkan sumber daya yang mampu memberi layanan pembelajaran khusus, dengan sumber daya yang memasuki kelas untuk melayani siswa berkebutuhan.

5. Selalu memantau sikap guru terhadap siswa terkadang walaupun berada di sekolah inklusi belum tentu semua pihak guru mampu menerima kehadiran anak berkebutuhan khusus ditengah kelas yang sedang mereka hadapi, karena hal ini merupakan prasyarat bagi sekolah yang lebih ramah dan inklusif.

6. Sekolah harus senantiasa bisa mengajak seluruh orang tua turut berperan serta dalam memperhatikan perkembangan anak-anak mereka disekolah, ikut dilibatkan dalam membuat keputusan dan perencanaan pembelajaran ataupun berbagai bentuk kegiatan yang akan diikuti oleh anak.

7. Sekolah mampu merubah pandangan para pegawai dan orang-orang yang belum mengerti dengan keadaan yang dialami para anak berkebutuhan khusus, misalnya dengan mengadakan penyuluhan tidak hanya untuk guru saja.

BAB III

KESIMPULAN

Setelah melakukan observasi lapangan ini tim penulis semakin terbuka cakrawala berpikirnya terhadap bagaimana dan seperti apa sistem pendidikan inklusi itu dilapangan serta seperti apa prosesnya. Dalam membantu salah satu program pemerintah dalam bidang pendidikan yaitu penuntasan wajib belajar pendidikan dasr sembilan tahun sistem pendidikan inklusi adalah salah satu jawabannya karena sistem pendidikan ini sangat mampu menjangkau semua keadaan-keadaan yang cukup sulit diselesaikan permasalahannya, seperti putus sekolah akibat kemiskinan, siswa-siwa yang memiliki kebutuhan khusus.

Tunas Unggul merupakan salah satu sekolah yang mengusung sistem pendidikan ini secara tidak langsung, walaupun sebenarnya sekolah ini sangat kental denga nuansa keadaan yang Islami dan banyak hal yang terkandung didalamnya yang sangat membantu dalam proses berlangsungnya kegiatan yang ada di sekolah ini dengan mengusung pendidikan inklusi dalam membantu pengentasan wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun yang dicanangkan pemerintah.

Everything is not perfect (segala sesuatu tidak ada yang sempurna) tapi jalan menuju kesempurnaan itulah yang harus dicari, berangkat dari kata ini Sekolah Tunas Unggul merupakan salah satu bagian yang mengalami hal ini khususnya dalam pencapaian bagaimana menjadi sekolah inklusi yang ideal. Namun pada fakta yang ada di lapangan masih memiliki banyak kekurangan, tentunya masih perlu dipikirkan perubahan seperti apa yang diperlukan dan harus dilakukan di Sekolah Tunas Unggul khususnya demi ikut menuntaskan salah satu masalah pemerintah dalam penuntasan program wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun.

DAFTAR PUSTAKA

Sugiarmin, M dan Baihaqi, MIF. (Ed) (2006). Inklusi Sekolah Ramah untuk Semua. Bandung: Nuansa.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2007). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI.

Yayasan Tunas Unggul. (2005). Rencana Strategis Pengembangan Sekolah Tunas Unggul ( Global Interactive School ) 2005-2010. Bandung: Tidak diterbitkan

Tidak ada komentar: